Ebiethya
Saverio Rabbani, itulah pacarku. Sudah 2
tahun aku bersamanya. Sungguh berartinya Ebie untukku karena dia sangat sangat
baik denganku maupun dengan orang tuaku. Malam ini dia akan datang menemuiku, tersenyum dengan hangat dan duduk di
sampingku. Aku sangat tak berdaya ketika melihat tatapan matanya, tatapan
yang hangat, penuh harap dan selalu bisa
membuatku memaafkannya. Aku sadar, aku sangat mencintainya, dan aku tidak ingin
kehilangan dia, meski dia sering menyakiti hatiku dan membuatku menangis. Aku
akan tetap memaafkan Ebie, meskipun dia sering menghianati aku.
Aku gak tahu harus bilang
apa lagi sama kamu, ini sudah kesekian kalinya kamu ngeduain aku. Kamu sudah
mengkhianati aku berulang kali!” Kataku.
Aku tidak sanggup melihat
matanya lagi, air mataku jatuh begitu deras menghujani wajahku. Aku tak
berdaya, begitu lemas dan Dia memelukku erat.
“Maafin aku flo, maafin
aku! Aku janji gak akan nyakitin kamu lagi. Aku sayang kamu! Please, kamu
jangan nangis lagi yah!”
Aku tidak bisa berkata
apa-apa lagi selain memaafkannya, aku tidak ingin kehilangan Ebie, aku sangat
mencintainya. Malam ini Ebie menjemputku, kami akan kencan dan makan malam. Kutemui
Ebie di ruang tamu, Dia tersenyum, memandangiku.
“Flo, kamu cantik banget
malam ini.”
“Makasih Ebie. Kita jadi
dinner kan?”
“Ya tentu, tapi flo maaf
ya malam ini aku gak bawa motor, kamu gak keberatankan kalau kita naik Taksi?”
“Engga ko, ya udah kita
panggil Taksi aja, ayo.”
Dengan bahagianya aku
menggandeng tangan Ebie dan ini benar-benar sangat menyenangkan, disepanjang
perjalanan Ebie menggenggam erat tanganku, aku bersandar dibahu Ebie menikmati
perjalanan kami dan melupakan semua kesalahan yang telah Ebie perbuat padaku.
Kami berhenti disebuah restoran
kecil yang letaknya lumayan jauh dari tempat aku bertemu dengan Ebie. Tapi
kenapa Ebie memilih restoran ini, aku sangat tahu apa makanan yang sangat
disukai dan tidak disukai Ebie. Ya, Ebie sangat tidak suka dengan sushi. Segala
jenis sushi dia tidak suka. Tapi entah kenapa dia memilih restoran kecil yang
menyediakan segala macam sushi.
“Kenapa kamu pilih
restoran ini bie, aku tahu kamu tidak suka dengan sushi?”
“Gak apa-apa kok Flo, aku
sengaja pilih restoran ini karena aku juga sangat tahu kalau kamu sangat
menyukai sushi. Aku cuman mau nebus kesalahan aku yang telah aku perbuat selama
ini ke kamu”.
“Tapikan Bie?”
“Udahlah Flo, aku mau buat
kamu senang. Ya sudah, ayo kita masuk.”
Setelah masuk ke dalam dan
mencari tempat duduk yang pas di pojok kanan. Tiba-tiba aku melihat sesosok
wanita yang baru masuk depan pintu. Aku kenal sekali dengan wajahnya yang
begitu cantik dengan menggunakan gaun peach dan sepatu high heelsnya.
“DINDA! Ya Allah, kenapa
aku harus bertemu dengan dia ditempat ini bersama EBie. ” kataku dalam hati.
“Bie, ayo kita pergi
sekarang. Kita cari tempat makan yang lain aja Bie, please?”
“Loh emang kenapa Flo, aku
udah pesen makanannya loh, gak enak kalau tiba-tiba kita pergi gitu aja.”
“Yaudah biar aku yang
bayar makanannya, tapi kita harus tetap pergi dari tempat ini.”
Menghindari Dinda itu
sangat penting. Kenapa? Karena dia adalah mantan kekasih EBie, aku tahu dia
masih sangat menyukai EBie, untuk itu aku harus menghindari EBie sebelum Dinda
melihatnya.
“Bie, tadi tuh di restoran
itu ada Dinda. Kenalkan ?”
“Loh, kenapa bukannya
disapa atuh Flo? Bagus dong kalo nanti kita makan sama-sama sama Dinda”
“EBIE!! Apaan sih kamu
ini, aku sengaja umpetin kamu biar kamu enggak ketemu sama Dinda! Aku takut,
kamu berpaling lagi dari aku!”
Flowieee!! Kamu mau kemana
hey, tunggu akuuuu!”
Aku jalan cukup jauh dari
EBie, dia mengejarku. Tak berselang lama terdengar suara cukup keras dari
kejauhan dan seketika segerombolan orang
datang mendengar dan melihat apa yang terjadi barusan. Karena aku penasaran,
aku dekati pelan-pelan tempat terjadinya itu. Dengan sangat kaget luar biasa,
aku berteriak sekencang-kencangnya dan memeluk EBie. Ya, Ebie tertabrak truk
yang sedang melintas, dia ingin menyebrangi jalan raya untuk mengejarku.
“EBiethya, maafin
aku!”
“Flowie. Ma-af ma-af
a-ku jan-ji jan-ji ga sa-ki-tin ka-mu la-gi a-ku cin-ta ka-mu a-ku ma-u ni-kah
sa-ma kam……”
“EBieeeeeeeeeeeee……”
EBie meninggal saat itu juga, ini semua salahku, jika aku tidak marah pada EBie semua ini tak akan terjadi. Sekarang aku harus menerima kenyataan ini, kenyataan yang sangat pahit yang tidak aku inginkan, yang tidak mungkin bisa aku lupakan. EBie menghembuskan nafas terakhirnya dipelukanku, disaat terakhir dia berjanji takan menyakitiku lagi, disaat dia mengatakan mencintaiku dan ingin menikah denganku. Dia mengatakan semuanya disaat meregang nyawa ketika menahan sakit dari benturan keras, ketika darahnya mengalir begitu deras membasahi tangan, dan tubuhku. Rasanya aku ingin sekali menemani EBie didalam tanah sana, menemaninya dalam kegelapan, kesunyian, kedinginan. Aku tidak bisa berhenti menangis, menyesali perbuatanku, dan aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.
EBie meninggal saat itu juga, ini semua salahku, jika aku tidak marah pada EBie semua ini tak akan terjadi. Sekarang aku harus menerima kenyataan ini, kenyataan yang sangat pahit yang tidak aku inginkan, yang tidak mungkin bisa aku lupakan. EBie menghembuskan nafas terakhirnya dipelukanku, disaat terakhir dia berjanji takan menyakitiku lagi, disaat dia mengatakan mencintaiku dan ingin menikah denganku. Dia mengatakan semuanya disaat meregang nyawa ketika menahan sakit dari benturan keras, ketika darahnya mengalir begitu deras membasahi tangan, dan tubuhku. Rasanya aku ingin sekali menemani EBie didalam tanah sana, menemaninya dalam kegelapan, kesunyian, kedinginan. Aku tidak bisa berhenti menangis, menyesali perbuatanku, dan aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.
Bieeee, maafkan aku
Bie aku menyesal Bie dengan ini semua Bie!!”..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar